Sejak diluncurkannya program Making Indonesia 4.0 pada April 2018, digitalisasi di Indonesia telah menjadi agenda prioritas pemerintah. Salah satu industri yang menjadi percontohan penerapan revolusi industri 4.0 adalah industri makanan dan minuman atau yang dikenal dengan industri FnB (food and beverage).
Ya, sektor makanan dan minuman merupakan salah satu sektor penopang pertumbuhan ekonomi Indonesia. Stefanus Indrayana, Jenderal Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI), mengatakan, di tengah-tengah berbagai tantangan ekonomi, sepanjang 2018 industri makanan dan minuman tumbuh 7,91 persen, atau mampu melampaui pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,71 persen.
Namun, meski mampu menopang ekonomi Indonesia, Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO) mengungkap bahwa industri makanan pun memiliki tantangan yang sangat besar, yaitu memastikan ketersediaan pasokan makanan dan minuman. Jumlah pasokan makanan dan minuman bahkan diperkirakan harus ditingkatkan hingga 60-70 persen untuk dapat memenuhi permintaan populasi global yang akan mencapai 9 miliar pada tahun 2050.
Oleh karena itu, industri makanan dan minuman perlu lebih efektif lagi dalam proses produksinya guna mampu meningkatkan suplai kebutuhan primer manusia ini, sementara di saat yang sama terus menjaga mutu dan kualitas produknya.
Berangkat dari kondisi tersebut, Schneider Electric — perusahaan global dalam transformasi di pengelolaan energi dan otomasi — mengajak para pelaku industri makanan dan minuman di Indonesia untuk segera mengambil langkah berani dalam melakukan digitalisasi produksi lewat acara Schneider Electric Innovation Days: Smartfood Indonesia 2019 dengan tema “Embracing Digital Transformation to Deliver Economic Value to Your Business” yang diselenggarakan pada 10-12 Juli 2019 di Hotel Mulia, Jakarta.
Dalam acara tersebut, Schneider Electric juga menampilkan solusi komprehensif EcoStruxure untuk industri makanan dan minuman yaitu EcoStruxure Augmented Operators Advisor, EcoStruxure Machine Advisor, dan EcoStruxure Asset Advisor. Ketiga teknologi ini memungkinkan para pelaku industri makanan dan minuman untuk meningkatkan kinerja bisnis melalui efisiensi operasional dan pengurangan biaya energi hingga 60 persen, pengurangan biaya integrasi hingga 50 persen, dan pengurangan biaya operasional hingga 30 persen.
“Schneider Electric sudah lama bertransformasi. Sehingga pada acara ini, kami ingin memberikan solusi di era digital sebagai bentuk dukungan kepada program Kementerian Perindustrian (Kemenperin) yaitu Making 4.0. Untuk itu, Schneider menghadirkan solusi melalui EcoStruxure yang memfokuskan transformasi digital pada empat area penting bagi industri makanan dan minuman,” kata Country President Schneider Electric Indonesia, Xavier Denoly.